Rabu, 19 Desember 2012

Dra. ASMIDA, M. Pd. Lomba Mewarnai: Suatu Ajang Kreativitas Anak Usia Dini










Lomba Mewarnai: Suatu Ajang Kreativitas Anak Usia Dini



oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd
Staf Bidang Pengembangan PLS Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru



Lomba mewarnai bukanlah hal yang baru, atau yang pertama diikuti anak atau lembaga kelompok bermain, namun secara umum kejadian saat mengikuti perlombaan pada tahun sebelumnya tidak merupakan pembelajaran bagi orang tua dan guru pendamping yang anaknya ikut bertanding untuk mempercayai kemampuan anak dan membiarkan mereka berkompetisi sesuai kemampuannya, sedangkan orang tua dan guru pendamping hanya melihat dari jarak tertentu, sehingga memudahkan panitia saat membutuhkannya, misal kalau anak tiba-tiba tidak mau ikut lomba walau sudah dipujuk atau saat anak mau kekamar mandi dsbnya.
 Hasil pengamatan pada acara lomba mewarnai pada kelompok PAUD di Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tanggal 18 Desember 2012 seperti ada anak yang terpaksa selesai duluan sebelum lomba mewarnai dimulai, karena terus-terusan menangis (maklum anak-anak) ditinggal guru pendamping dan orang tua yang tidak boleh mendekati arena lomba.
 Ada juga sekelompok anak paud yang sudah tidak sabar untuk mulai mewarnai padahal belum ada aba-aba, mungkin karena mereka sudah siap membuat nama dan nomor pada dada masing-masing, malahan ade seorang anak yang membantu menuliskan name dan nomor kawannye. Yang lucunya lagi ada yang menulis name sendiri padahal bukan nama si anak. Penulis mengetahui sewaktu menanyakan nama anak tersebut, langsung dijawab oleh guru pendamping bahwa yang ditulis itu bukan nama anak tersebut, dia belum pandai membaca, “tak apa-apa memang mereka belum boleh diajarkan membaca”, ade juge yang menulis nomornye sendiri walau terbalik.
Saat acara lomba mewarnai akan dimulai, desakan beberape orang tua anak  maupun guru pendamping untuk mendekati anak semakin sulit ditahan, ade yang mau mengabadikan dalam berbagai dokumentasi maupun menunjukkan warna yang akan dipilih anak, setelah beberape kali panitia memperingatkan barulah agak mereda sedikit.
Ada juga beberape anak yang begitu tekun mewarnai walaupun waktu hampir habis, malahan ade satu anak menurut pengamatan penulis, tetap meneruskan pekerjaannya tanpa mempedulikan kawan-kawannye yang lain sudah selesai, malahan sianak dari salah satu paud tersebut tetap meneruskan mewarnai bahagian gambar yang belum selesai walau dikerumuni oleh kawan-kawannya yang sudah siap duluan. Menurut hemat penulis kalau juri atau tim penilai jeli memperhatikan, sianak berpeluang mendapatkan tiga besar.
Namun terlepas dari prestasi yang akan dicapai, sesungguhnya prestasi sebenarnya menurut penulis yang juga merupakan salah satu panitia pada kegiatan tersebut, adalah saat anak mampu membedakan berbagai macam warna seperti merah, hitam, kuning, merah jambu, hijau dan sebagainya, sebagai salah satu proses berpikir mereka akan warna dan menuangkan berbagai warna ke dalam gambar yang diperlombakan untuk diwarnai. Hal tersebut merupakan pengenalan anak secara dini akan padu padannya warna yang dalam matematika disebut kombinasi.
Dari hasil pantauan dilapangan, banyak diantara orang tua yang menginginkan sianak mewarnai sesuai selera mereka, dengan berbagai cara mereka lakukan untuk ikut membantu anak, hal tersebut bukan membuat semakin bagus tapi malahan membuat anak bingung, walau sudah ditegur dan penulis katakan biarkan aja dia mewarnai sendiri, “anak ibuk berbakat”, namun orang tua mengatakan antara lain, dia payah mencari warna atau dia hanya menunjukkan misal warna hijau. Pujian penulis pada sianak bukanlah basa basi, selai hobi menggambar abstrak juga pengalaman puluhan tahun menjadi pendidik dan berkecimpung dalam dunia pendidikan biasanya hal tersebut jarang meleset. Kalau memakai istilah mbak Ira saat kami berdiskusi tentang materi komputer maupun berbagai masalah dilapangan untuk kemajuan peserta didik,  mbak ira mengatakan, “ Ida (mbak Ira biasa memanggil aku) jiwanya guru”.
Rupanya kejadian tersebut tidak jauh beda dengan lomba mewarnai pada tingkat TK dan SD, dari hasil pengamatan setelah selesai acara lomba mewarnai di Paud, kejadian memperingatkan orang tua karena menujukkan anak tetap ada, yang penulis simpulkan “kalau anak ibuk nanti menang, ape kate orang”
Menurut penulis, kepercayaan yang kurang pada kemampuan sianak, membuat ajang yang seharusnya menjadi lomba mengembangkan kreativitas diusia yang dini, bisa menjadi ajang ketidak percayaan diri atau kegelisahan. Kita sering lupa masing – masing anak mempunyai karakter yang berbeda, dengan event inilah salah satunya dapat mengurangi kebingungan anak saat di keramaian, ketakutan saat orang tua atau guru pendamping tidak didekatnya dsbnya, begitupula makna ketepatan waktu yang berangsur coba dipahami ke anak sejak usia dini. Jadi bukan hanya mencari juara, karena didalam lomba harus ada menang dan kalah, karena kalau semuanya menang berarti tidak ada yang kalah begitu pula kalau semuanya kalah berarti tidak ada yang menang. Hal tersebutlah yang harus dipahami oleh orang tua khususnya maupun guru pendamping.


Beberape temuan dilapangan ada anak yang gambarnya menurut hemat penulis bagus, tapi sayang tiba-tiba sambil tetap mewarnai dia menangis sehingga tidak  bisa meneruskan mewarnai gambar yang tersisa, walau sang ibu sudah berusaha menenangkannya pun tidak bisa bertahan lama, menurut sang ibu yang kebetulan tidak berape jauh dari penulis saat acara tinggal menghitung menit, “karena kawan-kawannya sudah banyak selesai” dan mungkin menurut hemat penulis sianak takut ditinggalkan karena melirik kiri kanannya sudah siap, sehingga salah satu ekspresinya ya menangis, meronta-ronta tak bisa lagi dihentikan.
Masa akan datang kegiatan lomba mewarnai khususnya yang merupakan salah satu ajang menumbuhkan kretivitas anak usia dini, lebih tertata lagi dalam berbagai aspek, sehingga diharapkan dapat mengurangi kegelisahan anak-anak saat lomba, begitu pula pemahaman pada orang tua maupun guru pendamping akan hakekat dari ajang kreativitas tersebut.

Sekianlah

Pekanbaru, 18 Desember 2012 s.d 19 Desember 2012.
Selamat memperingati hari ibu, 19 Desember 2012 di Pekanbaru - Provinsi Riau.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar