Ruas: Tangis Itu
Tidak Juga Usai[1]
Oleh:
Dra. ASMIDA, M. Pd[2]
Rupanya keheranan saya juga dirasakan oleh orang yg
duduk disebelah saya yang juge membawa anak kecil yang lumayan sehat dan
lincah, walau badannya tidak besar, dia bermain main dan meraih apapun yang
didekatnya termasuk jilbab saye, bernyanyi kecil dengan bahasa anak, tersenyum,
kemudian die juge membukak sabuk pengaman yang dipasang untuk anak-anak. Si ibu
juga mengajak sianak berbicara di masa perkembangannya, saat anak melakukan
berbagai kegiatan termasuk saat menarik baju baru saye hahahaha…., kemudian si
ibu juga menyusui anak saat ia sudah mulai haus kemudian menidurkannya.
Namun hal tersebut berbeda dengan kondisi anak yang
duduk beberapa kursi dari tempat kami, sepanjang pengamatan saye sianak tidak
berhenti menangis, saye tidak habis pikir dan menjadi tanda tanye dalam benak
saye, “kok dibiarkan anak menangis berketerusan, mungkin kondisinye lagi tidak
sehat, pikir saye saat pesawat mulai bergerak menembus awan. Saya tidak tau
pasti apakah sianak dalam keadaan sakit saat berangkat atau keadaan dipesawat
yang menyebabkan sianak menangis berketerusan, entahlah.
Namun keheranan saye juge dirasakan oleh si ibu muda
yang disamping saye yang anaknya dalam kondisi sehat, saat saye mengatekan
keheranan saye “kok dibiarkan anak menangis, dari tadi saye rase sejak kita berangkat
sampailah kita sudah hampir sampai, tapi tak taulah ya, apakah waktu saya
tertidur tadi dia diam” kira 2x itu yang saye katekan pada si ibu yang
bersebelahan duduk dengan saye. “tidaklah bu, memang dari tadi, nggak berhenti
kasihan kali” ujar si ibu yang anaknya dalam kondisi sehat. “tapi heran ya, kok
saya tak mendengar orang tua sia anak khususnya menenangkan, atau berbicara
karena si anak sedang gelisah” ucap saye lagi.
Ternyate keheranan kami juge dirasekan oleh ibu yang
berada didepan saya yang juga sedang berdiri menunggu antrian mau keluar pesawat.
Nampaknye si ibu akan pergi berlibur bersame dua orang cucunya yang comel2x
juge pintar nampaknye, “telinga anak tu tak bersih, jadi dengan bunyi pesawat
jadi sakit makanya dia menangis terus dari tadi, kalau anak ini sehat” begitu
kire-kire simpulan ucapan si ibu.
Saya tidak tau pasti apakah sianak dalam keadaan sakit
saat berangkat atau keadaan dipesawat yang menyebabkan sianak menangis
berketerusan, dengan harapan agar orang tuanya tau karena sianak belum mampu
mengucapkan dengan kata-kata apa yang diinginkannya kecuali menangis dan
menangis, namun kegelisahan itu tidak mampu dijawab oleh orang tua khususnya.
Pertanyaannya salahkah anak menangis? Tentunya kita
sepakat tidak, namun membiarkan anak menangis berkepanjangan sementara orang
tua khususnya atau orang yang terdekat dengan sianak hanya menonton anak
tersebut menangis rasanya itu yang salah besar dan dipertanyakan. Menurut
pengamatan saye orang tua tidak peka akan kondisi tersebut, tidak terdengar
suara orang tua untuk menenangkan sianak, membuat kegelisahannya melalui bahasa
tangis untuk menyampaikan apa yang diinginkannya agar dijawab oleh orang yang
terdekat dalam hidupnye khususnya ayah dan ibu maupun keluarga terdekat tidak
dirasekannye. Inilah yang saye katekan salah besar, sebab diawal tahun
kehidupannya orang tua tidak peka terhadap kebutuhan anak. Dengan begitu apakah
kita akan berharap suatu saat kelak sianak akan peka terhadap orang lain, jangan
terlampau banyak berharap sebab anak tidak merasakan kenyamanan yang
diperlukannya saat diawal perkembangan kehidupannyanya. Mungkinkah dia berbisik
untuk menenangkan kegelisahan sianak? Saya juga tidak tau. Kalau iya, mengapa tangis
itu tidak juga usai.
Sekianlah
Pekanbaru 13
Agustus sd 20 September 2014
[1]
Ditulis terinspirasi saat
perjalanan kekota Bandung Agustus, 2014
[2] Dra. ASMIDA, M. Pd adalah Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta (UNJ); S1 bidang pendidikan Matematika di
Universitas Riau (UNRI) tamat tahun 1988, S2 bidang Pendidikan Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tamat tahun 2009; Pemilik dan
Pendiri L2PTS; Sekarang Bertugas Sebagai Staf Bidang Bidang Paudni Dan
Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru sejak tahun 2010; beberapa karya al
menulis: “Modul Integral Untuk Anak Paket
C” sejak tahun 2009 akhir, dimana modul ini
merupakan edisi revisi dari beberapa modul Matematika dan Integral yang
ditulis sewaktu penulis masih menjadi pendidik; Selain itu juga menulis Bahan
Ajar Matematika beberapa telah dipublikasikan dihttp://l2pts.blogspot.com dan http://learningcenterasmida.blogspot.com; Terbaru sejak tahun 2010 menulis buku untuk Kelompok Bermain Salah
satu sub buku sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com/2012/06/dra-asmida-m-pd-matematika-sebagai-ilmu.html; Selain itu juga menulis artikel lepas, kumpulan artikel dengan cover “ Pekanbaru Menuju Kota 2 M?” (2012)
sudah dipublikasikan secara terpisah di http://l2pts.blogspot.com dan http://learningcenterasmida.blogspot.com. Hobbi lainnya menulis cerpen dan dongeng yang dimulai eksis sejak
tinggal di Bandung, disedikit waktu senggang yang dimilki diantara kesibukan
sebagai mahasiswa tugas belajar Magister Bidang Pendidikan Matematika di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kumpulan cerpen dengan cover “Sepetang Hatiku” (2012), dan Kumpulan
cerpen dengan cover “Biase aku manggil IAS” (2013), dan Kumpulan Dongeng Anak Melayu Riau Suatu
Kenangan Sastra Lisan Di Kota Sagu Selatpanjang dengan mengangkat cover “Gajah
Dan Putri Siti Padang Toga” (2012) sudah di publikasikan di http://l2pts.blogspot.com dan http://learningcenterasmida.blogspot.com; Hobbi lainnya al: membaca, menulis, olah raga, fhotogrefer, menggambar
abstrak, seni ukir, traveling, mendengarkan musik, nonton film.